PENTINGNYA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP


            Pentingnya pendidikan seumur hidup juga tak lepas dari kehidupan kita mulai dari keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam tumbuh berkembangnya seorang anak yang sejak lahir sudah dikodratkan untuk belajar akan pendidikan, yaitu didalam keluarga. Keluarga adalah sarana pendidikan pertama kita untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan, bagaimana seorang ibu mengarjarkan kita untuk bisa berbicara mulai ketika kita balita dan mengajarkan kita berjalan mulai dari merangkak sampai kita bisa berdiri tegak dan bisa berlari kencang, itulah sebuah pengorbanan seorang ibu tak terkecuali dengan ayah yang selalu mengajarkan kita agar berwatak dan berkepribadian yang baik. Sarana pendidikan pertama yaitu keluarga sangatlah penting untuk membentuk kepribadian kita sejak lahir dan tumbuh berkembang menjadi individu yang baik dan berkualitas, dan tanpa kasih sayang pendidikan dari sebuah keluarga kita bukan apa-apa kita tidak mengerti bagaimana cara berbicara, berjalan, berpakaian, makan, minum dan lainnya untuk menjalani hidup di dunia ini.
            Pendidikan di dalam keluarga sangatlah penting dan menjadi dasar dari pendidikan yang lainnya, tanpa pendidikan keluarga pendidikan yang lain tidak bisa berjalan dengan baik. Keluarga adalah pondasi pertama dalam pendidikan, orang tua sebagai penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat informal dan menjadi dasar dari pendidikan anak, mulai dari biologis anak,emosional anak, sosial anak, pengembangan karakter anak dan masih banyak lagi. Anak sangat tergantung kepada orang lain agar membimbingnya dengan pendidikan yaitu orang tua, kehidupan seorang anak masih kecil sangat benar-benar tergantung pada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua lah yang wajib memberi pendidikan kepada anaknya dan paling utama dimana hubungan orang tua dengan anaknya bersifat alami dan kodrati sebelum melanjutkan pendidikan yang selanjutnya yaitu pendidikan sekolah.
Pendidikan sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bersifat formal mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD),Taman Kanak-kanak(TK), Sekolah Dasar(SD), Sekolah Menengah Pertaman(SMP), Sekolah Menengah Akhir(SMA), dan sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan didalam sekolah juga sangat berperan penting dalam pendidikan seumur hidup terutama dibidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan karakter juga beperan dalam pendidikan sekolah sama halnya dengan pendidikan dalam keluarga namun pendidikan sekolah lebih kearah ilmu pengetahuan. Pada masyarakat modern yang semakin maju anak harus punya persiapan khusus untuk mencapai masa kedewasaan yang baik yaitu dengan pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan sarana yang memang dirancang untuk melaksanakan pendidikan, alternatif untuk tempat latihan pendidikan manusia untuk dimasa depan. Sekolah sebagai pusat pendidikan masyarakat maju untuk memanfaatkan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak ada didalam pendidikan keluarga.
Pendidikan sekolah sangat berguna untuk masyarakat kedepannya dari segi ilmu pengetahuan dan keterampilannya untuk masyarakat yang lebih berpengetahuan dan berketerampilan yang baik. Guru adalah tenaga pendidik yang digunakan dalam lembaga pendidikan sekolah, guru sangat berperan penting dalam menentukan cara proses belajar kepada siswa dalam pendidikan sekolah, gurulah yang menentukan kualitas pendidikan siswanya. Lembaga pendidikan sekolah sudah berikan sejak kecil yaitu tingkat anak mulai dari PAUD, TK, dan SD. Selanjutnya ditingkat remaja yaitu SMP dan SMA, dan juga ditingkat dewasa yaitu Perguruan Tinggi. Banyaknya lembaga pendidikan sekolah semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas masyarakatnya dimasa yang akan datang. Sekolah membantu menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, memperoleh kemampuan dalam menulis, membaca, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lainnya yang bersifat mengembangkan kecerdaskan manusia, memperoleh pendidikan etika, sikap, kepribadian yang baik.
Lamanya pendidikan di sekolah juga menentukan berhasil tidaknya pembentukan pribadi, yaitu:
a)      Sejak umur antara 2 – 4 tahunan  sebagian anak ada yang dimasukkan kedalam PUAD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pada waktu tersebut anak diberikan bimbingan seperti halnya menyanyi, senam, menggambar, mewarnai, melipat, dan lain-lain oleh gurunya. Pada tahap tersebut , seorang anak mulai meniru dan melakukan apa yang oraqng lain lakukan. Jadi pada tahap ini seorang pendidik harus lebih berhati-hati dan mendidik dengan penuh kasih sayang.
b)      Selanjutnya umur 5 atau 6 tahun anak dimasukkan kedalam sekolah TK (Taman Kanak-kanak). Tahap ini merupakan kelanjutan dari Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD). Tetapi, dalam mendidik tahap ini harus mulai dari awal lagi seperti halnya PAUD karena sebagian siswa ada yang pernah dan ada juga yang tidak PAUD. Akan tetapi, bagi yang pernah PAUD akan lebih cakap dalam melakukan suatu hal dari pada yang lainnya.
c)      Kemudian umur enam tahun(6 tahun) anak disekolhakan ke Sekolah Dasar (SD) atau Ibtidaiyah. Mulailah anak diberi ilmu pengetahuan dasar disamping pendidikan. Selama enam tahu, yaitu sampai umur 12 tahun anak terus-menerus diberi pendidikan dan pengajaran.
d)     Sekitar umur 13 tahun anak meneruskan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Tsanawiyah. Sampai dengan umur 15 tahun. Jadi selama tiga tahun anak mendapat didikan yang berbeda dengan pendidikan di Sekolah Dasar, karena para pendidik tahu bahwa pada anak sudah ada pengetahuan dasar dan pada masa ini anak telah kritis dan tahu akan nilai-nilai kesusilaan,keindahan,kemasyarakatan,kebangsaan dan keagamaan.
e)      Sekitar umur 16 tahun anak melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Aliyah selama tiga tahun lagi. Pendidikan disini bersifat pematangan dengan adanya pembagian sesuai dengan bakat si anak. Selesai disekolah tingkat ini anak berumur kurang lebih 18 tahun, yang berarti sudah mulai memasuki kepriode adoliscensi (masa dewasa). Jadi selama 14 tahun anak hidup didalam  pendidikan sekolah. Waktu 14 tahun adalah cukup lama untuk bisa ikut menentukan pribadi anak.
f)       Bagi anak yang masih besar minatnya untuk melanjutkan kuat fikirnya serta mampu biayanya, masih bisa melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi selama empat tahun. Pada masa ini, anak telah dapat menyelesaikan pembentukan pribadi sendiri karena telah memasuki dunia kemahasiswaan dan telah berada atau menginjak masa adoliscensi (Abu Ahmadi, 1991:182)
Pendidikan pada umumnya, terutama pada lembaga pendidikan sekolah terakhir yaitu Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan tersier yang terutama dipicu oleh kemajuan teknologi, harus mampu menghasilkan pejuang-pejuang mahasiswa dan dosen yang menghasilkan karya-karya yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam kompleksitas kehidupan yang penuh perubahan. Dosen dan mahasiswa harus mampu berpikir jauh ke depan dan memperkirakan masa depan yang makin kompleks. Bila gagal harus tidak boleh putus asa, bangkit kembali berbuat yang lebih baik (Wiranto, 1995, dalam Semiawan, 1996). Interaksi sosial dan intelektual harus terus berlangsung, jangan sampai perguruan tinggi terkena isolasi sosial karena pengembangan ilmu serta teknologi tinggi.
            Menyongsong masa depan dengan demikian bukan saja berarti menantinya dengan menerima apa adanya dengan tabah, melainkan berarti terutama merancang dan mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan baik ataupun buruk.
            Pendidikan ini antara lain berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai sistem yang berlaku, sehingga mewujudkan sistem totalitas manusia yang utuh dan mandiri sesuai tata cara hidup bangsa. Namun selain itu, secara mental, pendidikan juga mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup yang berubah-ubah. Jadi pendidikan bukan saja berperan mereproduksi statusquo (Jacob, 1995), mempertahankan stabilitas dan kontinuitas, melainkan meningkatkan juga dorongan mencipta pada peserta didik dalam ikut menggalakkan dan memilih masa depan dengan kemungkinan yang baik, dengan mengaplikasikannya, dan meredam dalam mengurangi atau menghindari kemungkinan yang tidak baik. Justru pada masa kritis perkembangan anak manusia adolescence yang berada pada tahap dewasa muda, kepekaan terhadap dorongan tumbuh kembang akan sangat menampilkan aktualisasinya.(Conny R. Semiawan, 1999 : 35-36).
            Banyaknya lembaga pendidikan sekolah untuk perkembangan pendidikan manusia. bukan hanya itu saja, selain pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah kita juga harus belajar dari lingkungan orang sekitar kita yaitu pendidikan didalam masyarakat. Pendidikan dimasyarakat juga penting dalam kehidupan seseorang yaitu belajar bersosial dengan orang lain.
            Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang terorganisasi menepati daerah tertentu, ada masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Didalam pendidikan, pendidikan didalam masyarkat mulai ketika beberapa waktu anak-anak terlepas dari pendidikan keluarga dan berada diluar dari pendidikan sekolah, pendidikan masyarakat terlihat lebih luas. Ragam di pendidikan masyarakat yang di alami seorang manusia sangatlah banyak, sangat luas dan meliputi segala bidang. Pendidikan masyarakat adalah sebuah lingkungan dan didalam masyarakat terdapat banyak sumber belajar bagi seorang anak, pendidikan masyarakat juga sebagai pelengkap dan pengembang dari pendidikan keluarga dan sekolah, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama terutama bagi para orang dewasa di masyarakat tersebut.
            Masyarakat ialah sekelompok manusia yang pasti saling berhubungan satu sama lain dimana mereka berada, mereka saling terikat manusia tidak bisa hidup secara baik tanpa berinteraksi didalam lingkungan masyarakat tersebut. Pendidikan ini merupakan pengalaman nyata berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari didalam masyarakat. Usaha-usaha masyarakat mengandung pendidikan bagi seseorang yang tanpa disadarinya sedang belajar tentang pendidikan masyarakat tersebut.
            Masyarakat juga dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menepati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
            Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk (plural: suku, agama, kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia berada dalam multikompleks antarhubungan dan antaraksi didalam masyarakat.
            Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
            Corak dan ragam pendidikan seseorang yang dialami masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
            Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan dengan jalur pendidikan nonformal ini, bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan perbaikan taraf hidupnya. (Hasbullah, 2006 : 55-56)
            Jadi, pendidikan masyarakat sangatlah penting untuk kehidupan kita dalam pendidikan seumur hidup berinteraksi dengan orang lain dari segala bidang yang ada dan juga pendidikan didalam masyarakat adalah suatu pelengkap bagi pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah. Pendidikan seumur hidup akan terus berlangsung dikehidupan kita kapanpun kita bisa belajar.
            Di dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
            Sementara itu, di dalam GBHN 1993 dinyatakan pula, bahwa Pendidikan Nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi, baik antara berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antardaerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
            Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Hadist Nabi Muhammad Saw. Yang berbunyi:
“ Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”.
            Konsep tersesebut menjadi aktual kembali terutama dengan terbitnya buku An Introduction to Lifelong Education, pada tahun 1970 karya Paul Lengrand, yang dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO.
            Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.(Hasbullah, 2006 : 63-64).
            Pendidikan seumur hidup bertujuan untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya semaksimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
            Jadi kesimpulannya yang dapat saya ambil dari artikel ini ialah pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses yang kontinu, dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal. Proses pendidikan seumur hidup tidak hanya dilakukan  seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat pun bisa melakukannya. Tujuan pendidikan seumur hidup adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaruannya semaksimal mungkin. Dalam seluruh aspek kehidupan antara lain bidang sosial, ekonomi, politik, teknologi dan lain-lain, manusia dituntut untuk selalu mengembangkan diri. Terlebih di era modern ini dimana pengaruh globalisasi mengakibatkan perubahan-perubahan sosial sehingga perlunya pendidikan sepanjang hidup. Pendidikan seumur hidup bisa kita lakukan dimanapun diwaktu apapun selama kita selalu ingin belajar dari kehidupan.
            

Komentar

Postingan Populer